"Berpikir seperti insinyur, berkarya seperti seniman. Inovasi lahir dari keberanian untuk mencoba dan gagal. Jangan tunggu sempurna untuk memulai, mulailah untuk menjadi sempurna. Setiap baris kode adalah langkah kecil menuju perubahan besar. Kreativitas tanpa aksi hanyalah imajinasi.”

Friday, December 2, 2022

Strategi Pembelajaran siswa aktif

Strategi Pembelajaran siswa aktif


  1. Pengertian Strategi Pembelajaran siswa aktif

Ide pembelajaran siswa aktif ini sebenarnya mengacu kepada bagaimana memberikan sesuatu yang berbeda kepada orang yang berbeda. Jadi pembelajaran aktif sebenarnya mengakomodasi perbedaan yang ada di antara individu peserta didik. Seperti diketahui setiap peserta didik bersifat unik. Peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik lain dilihat dari berbagai sisi. Oleh karena itu, ada beberapa definisi tentang pembelajaran aktif, antara lain: Belajar aktif menurut Meyers & Jones, meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis, membaca dan merefleksi materi, gagasan, isu dan konsern materi akademik. Paulson&Faust mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana merupakan segala sesuatu yang dilakukan peserta didik selain hanya menjadi pendengar pasif ceramah dari guru. Hal ini meliputi segala sesuatu dari latihan mendengarkan untuk mencerna segala sesuatu yang didengar, latihan menulis pendek dalam menanggapi materi dari guru sampai dengan latihan kelompok yang kompleks untuk menerapkan materi

Pembelajaran dalam situasi kehidupan nyata atau pada permasalahan yang baru. Joint Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna secara aktif oleh peserta didik. Belajar lebih merupakan pembangunan pengetahuan dari pada sekedar menerima pengetahuan secara pasif. Chickering&Gamson menambahkan bahwa belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Peserta didik tidak akan belajar banyak hanya dengan dengan duduk di kelas dan mendengarkan guru, mengingat tugas-tugas, dan mengajukan jawaban. Mereka harus mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari, menulisnya, menghubungkan dengan pengalaman terdahulu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka seharusnya memiliki apa yang mereka pelajari. Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan bersadarkan asumsi bahwa 1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan 2) seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain. 

Sementara itu Fink berpendapat bahwa pembelajaran aktif merupakan cara yang paling baik untuk memberdayakan peserta didik dengan mengembangkan seluruh potensi peserta didik sehingga mampu belajar. Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan bersadarkan asumsi bahwa 1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan 2) seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain.

  1. Urgensi Penerapan pembelajaran siswa aktif

Beberapa alasan perlunya menerapkan pembelajaran yang aktif, antara laian: 

  1. Riset kognitif menunjukkan bahwa menggunakan teknik ceramah melulu bukanlah strategi pembelajaran yang efektif. Jika peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktekkan dan mendiskusikan materi pembelajaran, mereka akan lebih banyak mengingatnya.


The Cone of Learning

  1. Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran aktif dapat mencegah terjadinya sesi yang monoton, sehingga peserta didik akan lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati sesi pembelajaran. 

  2. Pembelajaran aktif dapat mengintegrasikan bahan-bahan ataupun pengetahuan baik yang lama maupun yang baru. 

  3. Dalam pembelajaran aktif peserta didik dilibatkan dengan ketrampilan berfikir tingkat tinggi, hal ini akan menyebabkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik semakin terasah. 

  4. Kegiatan-kegiatan mandiri memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melibatkan gaya belajarnya sendiri dalam kegiatan-kegiatan. 

  5. Peserta didik akan lebih mampu untuk mengulang langkahlangkah penting jika kegiatan tersebut dilakukan sendiri. 

  6. Pembelajaran aktif memerlukan tanggung jawab individual dan sekaligus tingkat kerjasama yang tinggi, hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan juga ketrampilan sosial peserta didik. 

  7. Pembelajaran aktif mendorong interaksi peserta didik dengan peserta didik lain dan guru, hal ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik. 

  8. Keterlibatan peserta didik yang tinggi dalam pembelajaran menyebabkan minat dan motivasi belajar peserta didik meningkat

Penelitian Trenaman menemukan bahwa metode ceramah hanya efektif pada 15 menit pertama dari waktu perkuliahan, setelah itu bila ceramah dilanjutkan, pembelajaran akan berlangsung secara tidak bermakna. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian peserta didik dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut timbul antara lain karena pada umumnya guru/ dosen mendominasi seluruh proses pembelajaran, sementara peserta didik lebih banyak bersifat pasif. Kondisi nyata yang terjadi pada pembelajaran di atas menekankan pentingnya pembelajaran aktif.

  1. Karatkteristik pembelajaran siswa aktif

Beberapa karakteristik pembelajaran aktif, antara lain:

  1. Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan konsep oleh peserta didik 

  2. Atmosfer pembelajaran mendukung/kondusif. Dosen mengembangkan keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan oleh guru. Peserta didik juga merasa nyaman mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat orang lain karena lebih banyak berinteraksi antar peserta didik. 

  3. Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan berbagai hal (membaca, melihat, mendengar, melakukan eksperimen dan berdiskusi) yang berkaitan dengan materi pembelajaran. 

  4. Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kooperatif yang membutuhkan tanggung jawab individual sekaligus ketergantungan positif antar anggota kelompok.

  5. Peserta didik dirangsang untuk menggunakan kemampuan berfikir kritis, analisa dan evaluasi. 

  6. Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 

  7. Guru mendapatkan umpan balik yang lebih cepat tentang proses dan hasil perkuliahan.

  1. Faktor-faktor yang  mendukung pelaksanaan pembelajaran siswa aktif

  1. Ketersediaan lingkungan dan sumberbelajar yang memadai dengan pelaksanaan pembelajaran yang aktif 

Sebuah pembelajaran siswa aktif yang telah dirancang secara maksimal tidak dapat terlaksana dengan baik jika tidak tersedia lingkungan dan sumber belajar yang memadai. Sebagai contoh jika peserta didik diminta untuk melakukan eksperimentasi maka perlu disiapkan petunjuk eksperimentasi beserta alat dan bahan eksperimentasinya. Jika peserta didik diminta melakukan wawancara maka harus dijamin peserta didik menjumpai obyek wawancara. Demikian juga ketika kita meminta peserta didik mendiskusikan bahan bacaan dari buku tertentu, harus dipastikan bahwa peserta didik mudah mendapatkan buku yang dimaksud. 

  1. Beberapa metode yang dapat mengaktifkan peserta didik 

Di bawah ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang aktif: 

  1. Macam-macam metode untuk berbagi gagasan 

  1. Think, pair and share: ajukan permasalahan pada peserta didik. Berikan kesempatan 2-5 menit untuk berfikir sendiri (think). Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan masalah yangsama dengan peserta didik disebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share) 

  2. Kelompok belajar kolaboratif.: peserta didik dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang. Mintalah salah satu peserta didik menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat. Berikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok berupa laporan tertulis

  3. Review bahan : pada separuh waktu yang tersedia peserta didik diminta untuk bekerja dalam kelompok mereview bahan dengan cara setiap orang mengajukan hal-hal yang belum dipahami dan mendiskusikannya dalam kelompok. Pada separuh waktu berikutnya kelompok-kelompok mengajukan permasalahan dan membantu kelompok yang lain 

  4. Pesta Pertanyaan : peserta didik diminta membaca topik/materi tertentu. Masing-masing peserta didik menyiapkan beberapa pertanyaan penting beserta kemungkinan jawabannya. Secara bergiliran peserta didik menyampaikan pertanyaan dan dibahas bersama temantemannya serta dikuatkan oleh dosen. 

  5. Analisa studi kasus:: kepada peserta didik diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah dipelajari di kelas. 

  6. Mengevaluasi hasil kerja teman : dapat dilakukan setelah mengembangkan suatu produk. Umumnya peserta didik menggunakan rubrik untuk mengevaluasi hasil kerja temannya 

  7. Bermain peran : masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil permainan peran kelompok yang lain. 

  8. Membangun model : sama dengan bermain peran masing- masing kelompok diminta untuk mengembangkan model berdasarkan konsep yang dipelajari. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil dan ditanggapi kelompok lainnya.

  1. Macam-macam metode untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap konsep yang telah dipelajari

  1. Mengembangkan peta konsep.: secara individual ataupun kelompok peserta didik diminta untuk mengembangkan peta konsep yang merupakan representasi gagasan, model, konsep atau hubungan antar konsep. Peserta didik membuat bulatan-bulatan yang didalamnya terdapat konsep dan garis yang menghubungkan antara bulatan yang satu dengan yang lainnya. 

  2. One minute paper : kegiatan ini dapat dilakukan di akhir perkuliahan. Mintalah peserta didik mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi mahasiswa untuk menjawabnya. 

  3. Yang jelas dan yang masih ragu : hampir mirip dengan one minute paper, mintalah peserta didik menuliskan hal-hal yang telah jelas dan yang masih meragukan atau bahkan yang mereka belum paham sama sekali. Hal ini sangat penting untuk mereview konsep pada pertemuan berikutnya. 

  4. Refleksi: mintalah satu atau dua peserta didik maju di depan kelas dan menceriterakan kesan terhadap pemebelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

  5. Quis: guru mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta peserta didik menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama peserta didik maupun tidak mencantumkan nama. 

  6. Simulasi/latihan praktek : setelah peserta didik belajar tentang ketrampilan motorik tertentu, secara acak peserta didik diminta untuk mempraktekkan ketrampilan yang telah dipelajari di depan kelas. 

  7. Turnamen : secara berkelompok peserta didik berkompetisi untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok peserta didik yang memenangkan turnamen mendapatkan reward tertentu.

  1. Macam-macam metode setelah menerima penjelasan dari guru

  1. Jeda klarifikasi: kegiatan ini dimaksudkan agar peserta didik mendengar dengan aktif. Guru memberikan jeda diantara penjelasannya agar peserta didik dapat mengklarifikasi 

  2. Berbagi catatan : setelah serangkaian kegiatan peserta didik membandingkan hasil catatannya dengan catatan rekannya yang lain 

  3. Tanya jawab : hampir mirip dengan jeda klarifikasi namun tanya jawab dilakukan setelah penjelasan benarbenar tuntas. Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari peserta didik, dosen dapat memancing dengan bertanya pada peserta didik. Perlu diingat bahwa mengajukan pertanyaan bukanlah hal yang mudah bagi peserta didik. Oleh karenanya, perlu diberikan alokasi waktu bagi peserta didik untuk berfikir. 

  4. Merespon demonstrasi : setelah peserta didik diajak mengamati kejadian tertentu, mereka diminta untuk membuat sebuah paragraf tentang kesan peserta didik terhadap demonstrasi tersebut. Peserta didik dapat memulai dengan kalimat. ” Setelah mencermati demonstrasi saya..........................”

  1. Implementasi pembelajaran siswa aktif pada Pembelajaran Mekatronika

Pada dasarnya penerapan pembelajaran siswa aktif pada pembelajaran Mekatronika sama dengan pembelajaran lainnya. Karena yang membedakan hanyalah isi materinya saja. Secara umum pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yakni bagian kegiatan awal, bagian kegiatan inti dan bagian kegiatan akhir. Keterangan untuk masing-masing bagian adalah sebagai berikut: 

  1. Kegiatan awal 

Dalam pembelajaran yang aktif bagian kegiatan awal merupakan bagian yang penting. Pada bagian ini pembelajaran haruslah dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam mempelajari topik yang dibahas serta menyadarkan kepada mereka apa yang seharusnya telah dikuasai setelah pembelajaran berakhir. Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dipilih diantaranya: 

  1. Mengajukan kasus-kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dipilih diantaranya: 

  2. Mengajukan kasus-kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep/topik yang sedang dipelajari. Dengan mengajukan kasus-kasus dalam kehidupan nyata akan mengesankan bahwa topik yang dipelajari memang sangat penting dan berguna dalam kehidupan. Selain itu berbagai pendapat yang mereka ajukan juga dapat dimanfaatkan untuk menggali pengetahuan awal mereka tentang konsep yang akan dipelajari. 

  3. Meminta peserta didik mencermati dan memberikan komentar tentang video, gambar dan sketsa yang terkait dengan konsep yang akan dipelajari dan meminta komentar mereka

  4. Mendemonstrasikan sesuatu didepan kelas dan meminta peserta didik mengomentari 

  5. Menyampaikan fakta-fakta perkembangan IPTEK terkait dengan konsep yang akan dipelajari 

Dalam pelaksanaannya guru perlu menyiapkan pertanyaan menantang yang akan diajukan bersamaan dengan kasus yang diajukan. Upayakan agar pertanyann merupakan jenis pertanyaan terbuka sehingga banyak kesempatan bagi peserta didik untuk menjawab dan mendapatkan respon positif dari guru. Selain itu pada kegiatan awal ini perlu ditegaskan tujuan-tujuan atau kompetensi yang akan dicapai dalam perkuliahan, demikian juga dengan urutan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran. 

  1. Kegiatan Inti 

Jika bagian awal merupakan bagian untuk memotivasi peserta didik mempelajari konsep, bagian inti merupakan serangkaian kegiatan yang mengarahkan peserta didik untuk membangun konsep. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa dalam kegiatan inti terlebih dahulu peserta didik diberikan kesempatan melalui berbagai pilihan kegiatan untuk membangun konsep. Pemilihan kegiatan haruslah cermat dan menjamin mereka akan mengikuti alur pengumpulan informasi, pemaknaan informasi dan pembangunan konsep dan pengkomunikasian konsep kepada peserta didik lain. Pada umumnya guru juga akan menyampaikan penguatan konsep dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kasus-kasus kehidupan nyata.

Tantangan lain dalam mengembangkan bagian kegiatan inti adalah mempertahankan agar proses pembelajaran dari satu pertemuan kepertemuan lain selalu menarik dan beragam. Menarik dalam arti bahwa langkah pembelajaran memilih strategi dan metode yang tepat sehingga membantu peserta didik membangun konsepnya secara mandiri. Akan tetapi menarik saja tidaklah cukup, jika strategi dan metode yang dipilih itu-itu saja maka peserta didik juga akan merasa bosan. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan variasi strategi dan metode pembelajaran. 

Dibawah ini adalah beberapa strategi atau metode yang dapat dimanfaatkan. 

  1. Macam-macam pembelajaran kooperatif yakni pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk bekerjasama dengan berbagai pilihan metode ( JIGSAW, TGT, STAD, dll). 

  2. Pembelajaran berbasis masalah yakni pembelajaran yang mengarahkan mahasiswa untuk memecahkan masalah yang diajukan dengan konsep yang akan dipelajari. 

  3. Proyek dan penyusuna laporan 

  4. Diskusi 

  5. Debat 

  6. Wawancara 

  7. Simulasi dan bermain peran 

  8. Tanya jawab 

  9. dsb 

  1. Kegiatan akhir 

Bagian akhir pembelajaran adalah kegiatan di mana guru berusaha mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah. 

  1. peserta didik diminta membuat ringkasan tentang hal-hal yang telah dipelajari 

  2. peserta didik mempresentasikan secara lisan poin-poin penting yang telah mereka pelajari 

  3. peserta didik mengembangkan tulisan kreatif terkait konsep yang dipelajari 

  4. peserta didik diminta mengembangkan peta konsep tentang materi yang dipelajari 

  5. dsb

PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK (BRAIN BASED LEARNING)

PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK



  1. PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK

Otak adalah anugerah yang begitu besar yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia untuk menjadi alat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mengungkapkan ide, mengatur kehidupan dan berbagai fungsinya yang begitu kompleks. Mufidah menyatakan bahwa otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini, Akal dan otak adalah suatau kesatuan yang tak terpisahkan , akal menjadi pembeda antara manusia dan makhluk lainnya. Kinerja otak menjadi faktor penting pada tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu munculah teori yang menjabarkan tantang pembelajaran yang berbasis pada otak. 

Pembelajaran berbasis otak atau braind based learning adalah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan otak peserta didik. Menurut Jensen, pembelajaran berbasis otak adalah belajar sesuai dengan cara otak dirancang secara alamiah untuk belajar. 

  1. PRINSIP-PRINSIP BRAIN BASED LEARNING

Menurut Renate and Geoffrey Caine (Making Connection, 1994), terdapat dua belas prinsip Brain-based Learning.

  1. Belajar Melibatkan Proses Fisiologi (Learning engages the physiology)

Otak akan bekerja dengan baik bila tersedia proses fisiologi yang mendukungnya. Proses belajar yang dilakukan otak akan memengaruhi seluruh bagian tubuh lainnya. Demikian juga proses bagian tubuh memengaruhi proses belajar.

  1. Ketersediaan air minum. 

Dehidrasi dapat mengurangi konsentrasi dan kemampuan intelektual. Bila tubuh kehilangan dua persen cairan tubuhnya, akibatnya terjadi penurunan kinerja mental dan fisik sampai dua puluh persen. Penyediaan air minum adalah penting bagi anak yang berangkat ke sekolah. Aturan yang masih membolehkan tersedianya air minum di dalam kelas sangatlah membantu anak dalam meningkatkan gairah belajar.


  1. Terpenuhinya multivitamin bagi anak. 

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan nonverbal meningkat ketika anak diberikan suplemen multivitamin dan mineral yang memadai. Minum multivitamin dapat meningkatkan skor IQ anak sampai naik 25 min Vitamin B dan zat besi sangat penting meningkatkan aktivitas otak. Kekurangan vitamin B mengakibatkan konsentrasi dan ingatan buruk, kurang energi' insomnia, dan mudah marah.

  1. Terpenuhinya jenis lemak yang baik. 

Campuran lemak seperti omega tiga dan omega enam menjaga keseimbangan otak. Peserta didik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lemaknya sendiri. Pendidik juga dapat mengingatkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

  1. Mineral lain. 

Sumber-sumber mineral penting Iainnya:

  • Boron, yang terdapat pada kacang-kacangan, apel, brokoli, anggur, dan polong-polongan.

  • Choline, yang terdapat pada kuning telur, sardine, hati, kacang-kacangan dan padi-padian.

  • Chromium, yang terdapat pada daging merah, telur, keju, seafood, padi padian utuh.

  • Kalsium, yang terdapat pada produk susu, almond, apricot, biji-bijian, sarden dan sayuran daun hijau, dll.

  1. Aktivitas, pencahayaan, dun penyakit. Pebelajar memerlukan aktivitas bergerak.

Aktivitas bergerak berbentuk: role play, strectching, merubah posisi tempat duduk. Pencahayaan juga penting bagi pebelajar. Pencahayaan ruangan yang ideal adalah yang sesuai dengan tingkat lumens yang sesuai, yakni yang lembut dan alami. Penyakit dapat menghambat pembelajaran. Misalnya, sakit amandel akan menggangu anak untuk belajar yang disebabkan oleh rasa sakit tenggorokannya dan deman yang terus mengganggu konsentrasi belajamya. Sakit perut dan diare membuat anak kesakitan dan terus buang air besar. Deman membuat anak lemah dan tak berdaya.

  1. Bahan kimia dan kerja memori otak. Beberapa bahan kimia makanan (Eric

Jensen, 2008) dapat memengaruhi kerja memori otak antara lain:

  • Asetikolin, memperkuat otak dalam membentuk memori jangka panjang pada neurotransmitter.

  • Lesitin yang menghasilkan kolin. Kolin dapat meningkatkan ingatan. Kolin terdapat dalam telur, ikan salmon, dan daging tanpa lemak.

  • Fenilalanin membantu memperbanyak norepinefrin yang dapat meningkatkan kesiagaan dan atensi. 


  • Adrenalin dapat melindungi dan memperbaiki memori, juga menyimpan memori yang menyenangkan atau traumatis.

  • Konsumsi coklat pada saat belajar akan dapat membuat pebelajar mengingat lebih banyak pada saat ujian dengan kondisi tertentu.

  1. Otak atau Akal Budi Bersifat Sosial (The brain/mind is social)

Versi awalnya the brain is a paralel processor. Otak selalu berusaha untuk membedakan dan memahami kejadian yang ada. Apabila dirasa tidak bermakna maka otak tidak akan memprosesnya.

  1. Pembelajaran Bermakna akan Terus Menetap (The search for meaning is innate)

Otak selalu mencari hal-hal yang memiliki makna dan secara otomatis akan bereaksiterhadap informasi yang datang.

  1. Pembelajaran Bermakna sering melalui Pola-pola (The search for meaning occurs through patterning) 

Pemahaman dan ingatan dapat terjadi melalui pola, atau melalui cara yang alamiah. Informasi dapat berupa belajar hal yang baru, yang membangkitkan emosi dan keselamatan hidup. Pembelajaran tentang keselamatan hidup lebih mendapat perhatian dan lebih bermakna. Terdapat istilah KWL (what you Know, Want, Learn), pembelajaran terintegrasi’ field trip, hands on learning, pembelajaran matematika generalisasi (pola), visualisasi komunikasi (implementasi).

  1. Emosi merupakan Bagian Kritikal (Bagian Penentu) untuk Memahami pola (Emotion are critical to patterning)

Kegiatan belajar yang dilakukan otak sangat dipengaruhi oleh emosi atau perasaan. Oleh karena itu, ciptakanlah suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif, dalam ekspektasi yang positif. Gunakan teknik-teknik penarik emosi berikut:

  • Humor break. Semasa Charlie Chaplin (CC), pernah diadakan lomba lawak CC Adiknya jadi juri lomba ternyata CC tak jadi juara. Hal yang lucu dan aneh?

  • Drama, story telling, collobarative learning, ligsaw. Tampilkan pertunjukkan drama dalam classmetting (assembly).

  • Celebration. Gunakan ritual ”perayaan” setelah menyelesaikan pembelajaran materi tertentu.

  1. Otak Berproses Sebagian dan Menyeluruh Secara Simultan (The mind/brain processes parts and whales simultaneous)

Otak bekerja secara simultan memproses bagian per bagian sekaligus juga secara keseluruhan. Otak bagian kiri dan kanan memiliki fungsi yang berbeda dan bekexja secara simultan melengkapi satu sama lain.

  1. Belajar Menuntut Pemfokusan Perhatian dan Persepsi Periferal (learning involves both focused attention and peripheral perception) 

Otak selalu menyerap informasi secara langsung pada saat perhatian kita terfokus maupun saat tidak terfokus. Kita perlu menciptakan lingkungan mangan yang mendukung.

  1. Belajar Selalu Berproses Secara Sadar dan Bawah Sadat (Learning always involves conscious and unconscious processes) 

Secara sadar dan tidak sadar proses belajar yang dilakukan oleh otak berlangsung terns menerus. Oleh karena itu, kita dapat memberikan waktu yang cukup untuk siswa mengkonsolidasikan apa yang mereka pelajari dengan menngunakan intonasi yang berbeda, kecepatan yang berbeda, dan volume yang berbeda. Ketika menjelaskan suatu hal yang penting, ada anak yang kurang perhatian dan bermain!

  • Anak latah. Anak latah membuat anak lain diam dengan ccara memukul-memukul penggaris agar siswa lain diam. Ini mengikuti perilaku gurunya.

  • Berbahaya. Poster “evolusi” yang terpampang terus menerus akan tertanam dalam alam bawah sadar pikiran anak. Perlu diketahui, evolusi tidak mengakui penciptaan (kreasionisme) oleh Tuhan.

  • Gesture. Gesture memengaruhi apa yang disampaikan. Guru mungkin berkata, “Ibu sih tak marah,” tapi dia mengucapkannya dengan suara yang tinggi.

  1. Sedikitnya ada dua cara menata memori atau ingatan, yang berdasarkan pengalaman (system memori spasial) dan berdasarkan ingatan (rote learning)

Penataan memori pada manusia ada yang bermakna dan tidak bermakna. Efektifran cara menghapal. Berikan keterampilan pada siswa untuk menghapal sesuatu, dengan cara:

  • Mnemonic-mejikihibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu pada warna pelangi).

  • Chungking information. Gunakan tangan yang dikepal untuk mengetahui jumlah hari dalam satu bulan, dengan menggunakan lagu.

  1. Belajar adalah perkembangan (learning is development)

Pembelajarn merupakan bagian dari perkembangan. Untuk bebebrapa topiktertentu, siswa dapat berpikir secara abstrak, sementara yang lain terbatas dan masih berpikir pada tingkat konkret. Pembelajaran akan membangun hubungan antar saraf. Untuk itu, pembelajaran membutuhkan paparan, pengulangan, makna, dan praktik penting bagi siswa.

  1. Pembelajaran Kompleks Ditingkatkan melalui Tantangan dan Dihambat Oleh Ancaman (Complex learning is enhanced by a challenge and inhibited by thread)

Pembelajaran dapat terjadi dengan maksimal bila ada tantangan yang sesuai, Jangan terlalu mudah dan jangan terlalu sulit.

  • Jangan ada tes atau kuis yang mengejutkan. Ini akan mengancam ketenangan siswa. No surprise test or quiz (threatening).

  • Buatlah agenda yang jelas di awal pelajaran.

  • Buat iklim pembelajaran yang kondusif, ”It’s okey to make mistake. ”

  • Gunakan kriteria penilaian yang jelas.

  • Hindari memberi pemyataan yang membuat anak tidak semangat untuk belaja dan berpikir lebih dalam dan detail.

  1. Setiap Otak Memiliki Penataan yang Unik (Each brain is uniquely organized) 

Pilihkan variasi pembelajaran yang melibatkan proses berbagai indera bagi instruksipembelajaran yang berbasis otak.

  • Jangan melabeli siswa. Bila memungkinan hindarkan penyebutan atau pengelompokan berdasar kemampuan. If possible avoid ability grouping. .

  • Gunakan dan implementasikan Multiple intelligence dan Bloom taxonomy.

Menurut Caine and Caine, kondisi otak manusia tergantung pada 12 aspek lingkaran ”jam” Brain-based Learning. Semua aspek tersebut adalah suatu kesatuan yang saling mempengaruhi agar pelaksanaan pembelajaran berbasis otak terlaksana dengan optimal.  

  1. IMPLIKASI

Pelaksanaan model pembelajaran berbasis otak ini perlu memerhatikan beberapa hal Dalam hubungan ini, agar pembelajaran berbasis otak dapat berlangsung dengan baik dan alamiah, Renate Caine dan Geoffrey Caine dalam edisi revisi pada sumber yang sama (2002) menyatakan diperlukan adanya tiga elemen esensial yang interaktif, yaitu:

  1. Guru harus melibatkan siswa dalam suatu pengalaman interaktif yang kompleks, yang bersifat kaya dan nyata. Contohnya, untuk belajar bahasa asing siswa diakomodasikan untuk mempelajari langsung suatu budaya asing. Pendidikan harus selalu mengedepankan peranan otak sebagai prosesor paralel.

  2. Setiap peserta didik harus menghadapi tantangan personal sendiri’ sendiri. Tantangan seperti itu akan merangsang pikiran siswa pada keadaan kesiapan, kesiagaan, yang diinginkan. la akan selalu siap belajar.

  3. Agar peserta didik memperoleh wawasan (insight) tentang masalah, harus diakomodasikan hadirnya analisis intensif dengan berbagai cara pendekatan. Inilah yang disebut sebagai pengalaman proses aktif (active processing experience).

Ketiga elemen tersebut menjadi pengangan atau kata kunci bagi pendidik dalam proses pembelajaran berbasis otak mapunpada model pembelajaran lainnya, karena pada dasarnya lingkungan pembelajaran yang kondusi akan membantu siswa lebih mudah menyerap materi pembelajaran. Caine dan Caine juga menambahkan sejumlah kata kunci bagi berlangsungnya pembelajaran berbasis otak dengan baik, yaitu:

  1. Umpan balik akan berlangsung lebih baik bila datangnya dari realitas, ketimbang berasal dari otoritas guru.

  2. Peserta didik akan be|ajar lebih baik tatkala menyelesaikan masalah yang realistis;

  3. Karena setiap otak adalah unik dan berbeda-beda, pendidik harus mengupayakan setiap peserta didik agar terbiasa dengan lingkungan miliknya sendiri.

Pelaksanaan Asesmen Kompetensi

 Pelaksanaan Asesmen Kompetensi



  1. Komponen Asesmen Kompetensi

  1. Standar Kompetensi Kerja

Rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

  1. Asesor Kompetensi

Seseorang yang memiliki kompetensi dan memenuhi persyaratan untuk melakukan dan/atau menilai asesmen kompetensi pada jenis dan kualifikasi tertentu. Jenjang asesor kompetensi adalah Calon asesor kompetensi, Asesor Kompetensi dan Asesor Kompetensi Kepala (Lead assessor).

  1. Perangkat asesmen/materi uji kompetensi

Alat untuk alat bantu dalam mengases kompetensi dapat berupa daftar periksa (checklist) observasi demonstrasi, daftar periksa obeservasi produk atau jasa, daftar periksa observasi portfolio, daftar pertanyaan tertulis, daftar pertanyaan wawancara, dan lain-lain.

  1. Tempat uji kompetensi (TUK)

Tempat kerja atau suatu organisasi yang membuat simulasi tempat kerja yang
memenuhi persyaratan tempat kerja yang baik (good practice), sebagai tempat untuk melaksanakan asesmen kompetensi sesuai dengan materi dan metoda asesmen kompetensi yang akan dilaksanakan.

  1. Rambu-Rambu Pelaksanaan Asesmen

Pelaksanaan Asesmen kompetensi harus mengikuti rambu-rambu:

  1. Asesmen kompetensi dilaksanakan dengan prosedur, proses serta
    lingkungan yang dikenal oleh peserta asesmen.Asesmen kompetensi
    dilaksanakan apabila peserta memiliki keyakinan bahwa dirinya sudah
    kompeten, dengan menunjukkan bukti-bukti kompetensi yang dapat
    berupa sertifikat pendidikan/pelatihan, port folio pengalaman kerjanya,
    hasil-hasil kerjanya dan lain-lain.

  2. Asesmen kompetensi dilaksanakan melalui proses partisipatif dengan
    memperhatikan kondisi dan potensi peserta.

  3. Keputusan asesmen kompetensi mengacu kepada standar kompetensi
    yang dipersyaratkan dan persyaratan/acuan (benchmark) ditempat kerja
    asesi seperti SOP, spesifikasi produk/jasa, regulasi teknis, dan lain-lain.
    Bagi asesi yang belum teridentifikasi tempat kerjanya, maka benchmark
    yang dapat digunakan adalah standar proses, produk/jasa, sistem,
    kurikulum yang mampu telusur terhadap standar nasional atau
    internasional.

  4. Asesor kompetensi dalam melaksanakan asesmen harus mengikuti skema
    sertifikasi dan SOP asesmen dari LSP yang menugaskan.

  5. Bukti-bukti yang dikumpulkan oleh peserta dalam proses asesmen
    kompetensi, sebagian didasarkan atas bukti-bukti yang dikumpulkan
    pada saat mereka bekerja.

  6. Metode asesmen kompetensi yang digunakan harus sesuai dengan
    persyaratan kompetensi yang diujikan dengan mempertimbangkan buktibukti yang ada serta kondisi asesi.

  1. Prinsip Pelaksanaan Asesmen

Asesmen kompetensi harus mengukuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Valid, artinya : menilai apa yang seharusnya dinilai, bukti-bukti yang
    dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.

  2. Reliabel, artinya : penilaian bersifat konsisten, dapat menghasilkan
    kesimpulan yang sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan
    asesor yang berbeda.

  3. Fleksibel, artinya : penilaian dilakukan dengan metoda yang disesuikan
    dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat asesmen kompetensi.

  4. Adil, artinya : dalam penilaian tidak boleh ada diskriminasi terhadap peserta, dimana peserta harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal

  1. Pelaksanaan Asesmen Kompetensi

  1. Perencanaan Asesmen

  2. Pengembangan Perangkat Asesmen

  3. Pelaksanaan Asesmen

  4. Monitoring

  5. Evaluasi

  6. Rekaman

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)

 Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)

Definisi BNSP

BNSP merupakan badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden yang memiliki kewenangan sebagai otoritas sertifikasi personil dan bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga kerja. Pembentukan BNSP merupakan bagian integral dari pengembangan paradigma baru dalam sistem penyiapan tenaga kerja yang berkualitas. Berbeda dengan paradigma lama yang berjalan selama ini, sistem penyiapan tenaga kerja dalam format paradigma baru terdapat dua prinsip yang menjadi dasarnya, yaitu : pertama, penyiapan tenaga kerja didasarkan atas kebutuhan pengguna (demand driven); dan kedua, proses diklat sebagai wahana penyiapan tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi (Competency Based Training / CBT). Pengembangan sistem penyiapan tenaga kerja dengan paradigma baru ini dimulai pada awal tahun 2000 yang ditandai dengan ditandatanganinya Surat Kesepakatan Bersama (SKB) antara Menteri Tenaga Kerja, Menteri Pendidikan Nasional, Ketua Umum Kadin Indonesia.

Gambar Logo BNSP

Tugas dan Fungsi BNSP

BNSP mempunyai tugas melaksanakan sertilikasi kompetensi kerja. Untuk melaksanakan tugas tersebut BNSP menyeienggarakan fungsi: 

  1. pelaksanaan dan pengembangan sistem sertifikasi kompetensi kerja; 

  2. pelaksanaan dan pengembangan sistem sertifikasi pendidikan dan pelatihan vokasi; 

  3. pembinaan dan pengawasan pelaksanaan sistem sertilikasi kompetensi kerja nasional; 

  4. pengembangan pengakuan sertifikasi kompetensi kerja nasional dan internasional; 

  5. pelaksanaan dan pengembangan kerja sama antar lembaga, baik nasional dan internasional di bidang sertilikasi profesi; dan

VISI dan MISI

Sebagai sebuah lembaga, BNSP memiliki cita-cita yang hendak di capai dalam bentuk visi dan misi. Berikut ini adalah visi dan misi BNSP:

Visi

Menjadi lembaga otoritas sertifikasi profesi yang independen dan terpercaya dalam menjamin kompetensi tenaga kerja di dalam maupun luar negeri

Misi

Mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi profesi yang terpercaya

Meningkatkan rekognisi dan daya saing tenaga kerja Indonesia di dalam maupun di luar negeri

Membangun kerjasama saling pengakuan sertifikasi kompetensi secara internasional




Kasih yang Mati

Kasih yang Mati

Luka ini abadi.

Kau yang katanya tulus menyinari.

Mematikan kasih dan memilih pergi.

Kau yang kusimpan di hati.

Berhenti untuk peduli.

Aku disini mati.

Kau disana menikmati hari.

Kau yang salah, aku yang dimaki. 

Sebajingan itukah kamu?


Friday, November 4, 2022

Puisi Hujan Malam Ini

Hujan Malam Ini



Hujan malam ini bagaimana?

Lebih deras dari luka yang menerpa? 

Hujan malam ini bagaimana?

Sesyahdu cinta yang kini jadi lara?

Hujan malam ini bagaimana?

Lebih lama dari rindu yang tak kunjung temu? 

Masihkah dapat kau nikmati?

Yup, suaranya memang tak semerdu suara rindu.

Dinginnya membekukan jiwa yang hatinya telah beku.

Tapi,

Apakah kamu tau makna hujan malam ini?

Tak tau?

Tengoklah ke belakang! 

Hujanlah yang mengantarkanmu pada ruang rinduku. 


Purbalingga, 4 November 2022

Mun, aku rindu