Prinsip-Prinsip
Pendidikan Teknologi Kejuruan
Prinsip-Prinsip PTK banyak diungkapkan oleh ilmuwan di
dunia. Namun, yang paling ering digunakan sebagai teori pendidikan adalah
prinsip-prinsip yang diungkapkan oleh Charles
Prosser. Teori Prosser dikenal dengan “PROSSER’S SIXTEEN THEOREMS”. Teori ini menyatakan 16 hal pokok dalam penyelenggaraan pendidikan
vokasi sebagai pendidikan dunia kerja. Ke 16 teori tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan kejuruan akan
efisien jika lingkungan dimana tempat peserta didik dilatih merupakan replika lingkungan dimana
nanti bekerja.
Teori ini terkait dengan lingkungan bekerja (work environment).
2.
Pelatihan vokasional akan
efektif hanya jika
tugas-tugas diklat pekerjaan dilakukan dengan cara yang sama, operasi yang
sama, alat, dan mesin yang sama seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu
sendiri. Teori ini terkait dengan kebutuhan standar industri dalam penyelenggaraan
pendidikan vokasi.
3.
Pendidikan kejuruan akan
efektif jika secara langsung dan secara khusus melatih kebiasaan berpikir dan bekerja
seperti dipersyaratkan
di dalam pekerjaan itu sendiri. Teori ini berkaitan dengan kebiasaan
kerja (work habbits).
4.
Pendidikan kejuruan akan
menjadi efektif jika setiap individu memodali minatnya, bakatnya, kecerdasannya pada tingkat
yang paling
tinggi. Teori ini berkaitan dengan kebutuhan indivisu (indiviudal need).
5.
Pendidikan kejuruan efektif
untuk setiap profesi, keterampilan, jabatan, pekerjaan hanya untuk setiap orang yang membutuhkan,
menginginkan dan dapat memberi keuntungan. Teori ini bersifat
pilihan (elective).
6.
Pelatihan kejuruan akan
efektif jika pengalaman-pengalaman diklat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar
diulang sehingga
sesuai atau cocok dengan pekerjaan.
7.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika
guru/instrukturnya mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan
skill dan pengetahuan (kompetensi) pada operasi dan proses kerja yang telah
dilakukan. Teori craftsperson teacher (sosok guru yang trampil).
8.
Pada setiap jabatan ada
kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia dapat bekerja pada jabatan
tersebut. Teori performance standards (standar
unjuk kerja)
9.
Pendidikan kejuruan harus memperhatikan
permintaan pasar atau tanda-tanda pasar dalam melatih setiap
individu.
10. Pembiasaan efektif pada peserta didik tercapai jika pelatihan diberikan
pada pekerjaan nyata sarat nilai.
11. Isi diklat khusus dalam sebuah pekerjaan merupakan okupasi pengalaman para ahli. Teori content
from occupation.
12. Untuk setiap okupasi atau pekerjaan terdapat ciri-ciri isi (body
of content) yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Teori specific job
training.
13. Pendidikan kejuruan merupakan layanan sosial yang efisien jika
sesuai dengan
kebutuhan sekelompok orang yang pada saatnya memang memerlukan
dan memang paling efektif dilakukan lewat pengajaran kejuruan. Teori group
needs.
14. Pendidikan kejuruan secara sosial akan efisien jika metoda
pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi peserta didik mempertimbangkan
sifat-sifat peserta didik.
15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan
mengalir daripada kaku dan terstandar.
16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan
kejuruan tidak boleh
dipaksakan beroperasi.
Selain Charles Prosser, Pavlova
(2009) juga berpendapat tentang prinsip-prinsip PTK. Prinsip PTK yang
diungkapkan Pavlova diantaranya :
·
Pembelajaran
untuk bekerja (learning for work),
·
Pembelajaran
tentang bekerja (learning about work),
·
Pemahaman
sifat dasar bekerja (understanding the nature of work).
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
dengan kebutuhan industri. Pendidikan kejuruan seharusnya menduduki posisi yang
berarti karena mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Namun, Persepsi publik terhadap pendidikan teknologi, terutama jalur
profesional, yang didesain untuk memasuki lapangan kerja, masih menempatkan
pendidikan profesional (nongelar) hanya untuk siswa yang kurang cemerlang.
Felder (1993) menyebutnya siswa the second tier. Orang tua masih yakin
bahwa pekerjaan yang baik hanya diperoleh lewat jalur pendidikan sarjana. Hal ini menyebabkan pendidikan teknologi dan kejuruan belum menduduki posisi yang
berarti dalam panggung pendidikan kita.
Sumber : Kamdi, Waras. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Kerangka Pikir Inovasi
Pembelajaran. VOL.
34, NO. 1, PEBRUARI 2011:81-90
No comments:
Post a Comment