Friday, April 6, 2018

Prinsip-Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan


Prinsip-Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan
Prinsip-Prinsip PTK banyak diungkapkan oleh ilmuwan di dunia. Namun, yang paling ering digunakan sebagai teori pendidikan adalah prinsip-prinsip yang diungkapkan oleh Charles Prosser. Teori Prosser dikenal denganPROSSER’S SIXTEEN THEOREMS. Teori ini menyatakan 16 hal pokok dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi sebagai pendidikan dunia kerja. Ke 16 teori tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana tempat peserta didik dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti bekerja. Teori ini terkait dengan lingkungan bekerja (work environment).
2.      Pelatihan vokasional akan efektif hanya jika tugas-tugas diklat pekerjaan dilakukan dengan cara yang sama, operasi yang sama, alat, dan mesin yang sama seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri. Teori ini terkait dengan kebutuhan standar industri dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi.
3.      Pendidikan kejuruan akan efektif jika secara langsung dan secara khusus melatih kebiasaan berpikir dan bekerja seperti dipersyaratkan di dalam pekerjaan itu sendiri. Teori ini berkaitan dengan kebiasaan kerja (work habbits).
4.      Pendidikan kejuruan akan menjadi efektif jika setiap individu memodali minatnya, bakatnya, kecerdasannya pada tingkat yang paling tinggi. Teori ini berkaitan dengan kebutuhan indivisu (indiviudal need).
5.      Pendidikan kejuruan efektif untuk setiap profesi, keterampilan, jabatan, pekerjaan hanya untuk setiap orang yang membutuhkan, menginginkan dan dapat memberi keuntungan. Teori ini bersifat pilihan (elective).
6.      Pelatihan kejuruan akan efektif jika pengalaman-pengalaman diklat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang sehingga sesuai atau cocok dengan pekerjaan.
7.      Pendidikan kejuruan akan efektif jika guru/instrukturnya mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan skill dan pengetahuan (kompetensi) pada operasi dan proses kerja yang telah dilakukan. Teori craftsperson teacher (sosok guru yang trampil).
8.      Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia dapat bekerja pada jabatan tersebut. Teori performance standards (standar unjuk kerja)
9.      Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar atau tanda-tanda pasar dalam melatih setiap individu.
10.  Pembiasaan efektif pada peserta didik tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan nyata sarat nilai.
11.  Isi diklat khusus dalam sebuah pekerjaan merupakan okupasi pengalaman para ahli. Teori content from occupation.
12.  Untuk setiap okupasi atau pekerjaan terdapat ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Teori specific job training.
13.  Pendidikan kejuruan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan sekelompok orang yang pada saatnya memang memerlukan dan memang paling efektif dilakukan lewat pengajaran kejuruan. Teori group needs.
14.  Pendidikan kejuruan secara sosial akan efisien jika metoda pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik.
15.  Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar.
16.  Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Selain Charles Prosser, Pavlova (2009) juga berpendapat tentang prinsip-prinsip PTK. Prinsip PTK yang diungkapkan Pavlova diantaranya :
·         Pembelajaran untuk bekerja (learning for work),
·         Pembelajaran tentang bekerja (learning about work),
·         Pemahaman sifat dasar bekerja (understanding the nature of work).
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan dengan kebutuhan industri. Pendidikan kejuruan seharusnya menduduki posisi yang berarti karena mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Namun, Persepsi publik terhadap pendidikan teknologi, terutama jalur profesional, yang didesain untuk memasuki lapangan kerja, masih menempatkan pendidikan profesional (nongelar) hanya untuk siswa yang kurang cemerlang. Felder (1993) menyebutnya siswa the second tier. Orang tua masih yakin bahwa pekerjaan yang baik hanya diperoleh lewat jalur pendidikan sarjana. Hal ini menyebabkan pendidikan teknologi dan kejuruan belum menduduki posisi yang berarti dalam panggung pendidikan kita.
Sumber : Kamdi, Waras. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Kerangka Pikir Inovasi Pembelajaran. VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:81-90

No comments:

Post a Comment