Friday, April 6, 2018

Revolusi Industri dari 1.0 - 4.0


Revolusi Industri dari 1.0 - 4.0
                                                    
Tahapan Revolusi Industri
·         Industri 1.0
Revolusi Industri I ditandai dengan masih dipergunakannya teknik kuno, yaitu penggunaan uap untuk menggerakkan mesin yang berbahan bakar kayu atau batu bara.
Peralatan industri manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap. Revolusi tahap pertama terjadi di Inggris pada abad ke-18.
·         Industri 2.0
Revolusi Industri II ditandai dengan penggunaan teknik baru berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Revolusi tahap kedua ini terjadi di Amerika Serikat dan Jerman pada abad ke-19
·         Industri 3.0
Revolusi Industri III ditandai dengan penggunaan teknik kimia-hayati berbahan bakar atom atau nuklir. Revolusi tahap ketiga ini terjadi di Amerika Serikat dan Uni Soviet pada abad ke-20
·         Industri 4.0
Ciri dari revolusi indusstri 4.0 adalah:
Robotic Automation
Kebalikan dari abad 19 yang menggunakan massa yang banyak dalam melakukan proses produksi. Di abad 21 pekerjaan manusia banyak diambil alih oleh robot, karena dinilai lebih efektif dan efisien. Perusahan tak perlu lagi membayar karyawan dengan jumlah yang besar. Cukup mengeluarkan biaya perawatan untuk mereka. Sehingga bisa memangkas pengeluaran yang ada. Inilah yang disebut distrupsi. Memangkas proses dan pengeluaran produksi.
3D Printer
Printer pada umumnya menghasilkan 2D. Namun di era revolusi industri 4.0 ini, printer bisa mencetak dengan hasil dalam bentuk 3D. Bahkan membuat pakaian, membangun rumah akan semudah menge-print kertas. Semua bisa didesain sesuai dengan keinginan masing-masing orang. Mungkin bayangan seperti ini terlihat masih sangat jauh. Namun tak dapat dipungkiri bahwa perubahan terjadi sama cepatnya dengan teknologi informasi dan komunikasi yang terus bergerak maju. Kini sudah ada perusahaan Rusia yang bergerak di bidang konstruksi. Mereka menggunakan printer 3D dalam membangun sebuah bangunan.
Internet of Things
Kecepatan internet akan terus bertambah. Segala sesuatu dalam hidup ini terhubung dengan internet. Mungkin terdengar sedikit weird, namun buktinya sudah ada. eFishery, teknologi pakan ikan ini telah menciptakan teknologi yang distruptif, para peternak ikan tak perlu berpindah-pindah dari satu tambak ke tambak lain untuk memberi makan ikan-ikannya. Alat eFishery dirancang dengan teknologi mutakhir sehingga ponsel peternak ikan sudah terhubungan dengan alat eFishery.
Di luar negeri sudah ada supermarket tanpa kasir. Pembeli langsung mengambil barang-barang yang dibutuhkan, memasukkan ke dalam tas, dan pergi tanpa harus antre di kasir. Karena barang yang disediakan akan tersambung dengan ponsel Anda cukup dengan mengunduhnya.
Data of Things
Pernahkan kamu menyadari di facebook, bahwa kamu seorang cewek tidak pernah mendapatkan iklan seputar barang-barang laki-laki, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bukan karena ketidaksengajaan semata, melainkan karena data tentang dirimu sudah diketahui, sehingga iklan akan tahu apa yang kausukai dan tidak.

Sumber :
·         https://www.bernas.id/60821-kenali-ciri-revolusi-industri-40-dan-cari-peluangmu-di-sini.html Diakses pada tanggal 25/032018 pukul 20.25
·         http://www.gurusejarah.com/2014/09/revolusi-industri.html Diakses pada tanggal 25/032018 pukul 20.30

Macam-macam Gaya Kepemimpinan


Menganalisis Berbagai Gaya Kepemimpinan Yang Ada
1.      Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan, peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya. Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita temukan di akademi kemiliteran dan kepolisian.
2.      Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutin setiap hari. Tetap saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap lapisan.
3.      Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan anggota.
4.      Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-masing. Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya.
5.      Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan bawahan dimana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan kepentingan masing-masing.
6.      Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan positif pada mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka. Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya. 
7.      Kepemimpinan Melayani (Servant)
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.
8.      Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin karismatik karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin karismatik. Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona yang ia miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia inginkan.
9.      Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Setidaknya ada 4 gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya:
1.      Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan),
2.      Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk),
3.      Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama),
4.      Delegating (mendelegasi, pengamatan, mengawasi, penyelesaian).

Sumber :

Prinsip-Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan


Prinsip-Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan
Prinsip-Prinsip PTK banyak diungkapkan oleh ilmuwan di dunia. Namun, yang paling ering digunakan sebagai teori pendidikan adalah prinsip-prinsip yang diungkapkan oleh Charles Prosser. Teori Prosser dikenal denganPROSSER’S SIXTEEN THEOREMS. Teori ini menyatakan 16 hal pokok dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi sebagai pendidikan dunia kerja. Ke 16 teori tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana tempat peserta didik dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti bekerja. Teori ini terkait dengan lingkungan bekerja (work environment).
2.      Pelatihan vokasional akan efektif hanya jika tugas-tugas diklat pekerjaan dilakukan dengan cara yang sama, operasi yang sama, alat, dan mesin yang sama seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri. Teori ini terkait dengan kebutuhan standar industri dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi.
3.      Pendidikan kejuruan akan efektif jika secara langsung dan secara khusus melatih kebiasaan berpikir dan bekerja seperti dipersyaratkan di dalam pekerjaan itu sendiri. Teori ini berkaitan dengan kebiasaan kerja (work habbits).
4.      Pendidikan kejuruan akan menjadi efektif jika setiap individu memodali minatnya, bakatnya, kecerdasannya pada tingkat yang paling tinggi. Teori ini berkaitan dengan kebutuhan indivisu (indiviudal need).
5.      Pendidikan kejuruan efektif untuk setiap profesi, keterampilan, jabatan, pekerjaan hanya untuk setiap orang yang membutuhkan, menginginkan dan dapat memberi keuntungan. Teori ini bersifat pilihan (elective).
6.      Pelatihan kejuruan akan efektif jika pengalaman-pengalaman diklat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang sehingga sesuai atau cocok dengan pekerjaan.
7.      Pendidikan kejuruan akan efektif jika guru/instrukturnya mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan skill dan pengetahuan (kompetensi) pada operasi dan proses kerja yang telah dilakukan. Teori craftsperson teacher (sosok guru yang trampil).
8.      Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia dapat bekerja pada jabatan tersebut. Teori performance standards (standar unjuk kerja)
9.      Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar atau tanda-tanda pasar dalam melatih setiap individu.
10.  Pembiasaan efektif pada peserta didik tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan nyata sarat nilai.
11.  Isi diklat khusus dalam sebuah pekerjaan merupakan okupasi pengalaman para ahli. Teori content from occupation.
12.  Untuk setiap okupasi atau pekerjaan terdapat ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Teori specific job training.
13.  Pendidikan kejuruan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan sekelompok orang yang pada saatnya memang memerlukan dan memang paling efektif dilakukan lewat pengajaran kejuruan. Teori group needs.
14.  Pendidikan kejuruan secara sosial akan efisien jika metoda pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik.
15.  Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar.
16.  Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Selain Charles Prosser, Pavlova (2009) juga berpendapat tentang prinsip-prinsip PTK. Prinsip PTK yang diungkapkan Pavlova diantaranya :
·         Pembelajaran untuk bekerja (learning for work),
·         Pembelajaran tentang bekerja (learning about work),
·         Pemahaman sifat dasar bekerja (understanding the nature of work).
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan dengan kebutuhan industri. Pendidikan kejuruan seharusnya menduduki posisi yang berarti karena mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Namun, Persepsi publik terhadap pendidikan teknologi, terutama jalur profesional, yang didesain untuk memasuki lapangan kerja, masih menempatkan pendidikan profesional (nongelar) hanya untuk siswa yang kurang cemerlang. Felder (1993) menyebutnya siswa the second tier. Orang tua masih yakin bahwa pekerjaan yang baik hanya diperoleh lewat jalur pendidikan sarjana. Hal ini menyebabkan pendidikan teknologi dan kejuruan belum menduduki posisi yang berarti dalam panggung pendidikan kita.
Sumber : Kamdi, Waras. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Kerangka Pikir Inovasi Pembelajaran. VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:81-90